20 April 2009

Anyar Tapi Lawas

Ini kali ke tiga. Mencintai orang yang salah. Serasa ada tujuh bintang dan tujuh lilin berputar-putar melayang di sekitar kepala. Kerlap-kerlip sempoyongan. Banyak hal yang kembali terkuak. Sedih juga…


Ini kali ke tiga. Mencintai orang yang salah. Salah mencintai? Salah orang? Salah perasaan? Salah semuanya? Salah siapa? Salah bagaimana? Mesti gimana?


Kasus baru yang lama ini untuk sementara bisa dicover oleh cara baru yang lama. Mengganti semua jenis tone pada HP. Satu lagu untuk ringing tone, satu lainnya untuk sms tone, dan yang lain lagi untuk alarm tone.


Sensasi lama tapi baru… Lumayan


Mencintainya? Tetap dong sih… Monggo diliat besok!!

18 April 2009

Nasi Bungkus, Suster, Kantong Kresek, Pipis

Satu lagi kelakuan the haves di Jakarta ini. Entah anda, tapi saya baru mengetahui dengan melihatnya secara langsung dengan mata kepala sendiri.


Suatu waktu di tempat yang (akan) cukup bergengsi di Jakarta Barat, diadakanlah sebuah pesta ulang tahun pertama seorang anak dari keluarga yang saya duga super duper kaya. Saya tidak berada dalam kapasitas sebagai pengunjung atau undangan. Saya hanya kebetulan berada di lantai atas di depan dinding kaca yang membuat saya mampu melihat suasana acaranya dengan cukup paripurna. Seperti biasa, ada meja resepsionis dengan buku tamu, meja suvenir, balon-balon, bunga-bunga, dekor warna-warni, bangku-bangku mini, badut, meja panjang untuk menyajikan serangkaian menu lengkap makan siang khas catering mahal untuk para tamu....... dan satu meja berukuran kecil berisi jejeran nasi bungkus khas kertas coklat bertanda SUSTER. Glek!!?!! Enjoy the lunch, my dear maid… (sorry, we don’t have enough more money to serve you food just like we eat. It’s a budget thing, you know)


Yang ini memang tidak saya alami langsung. Suatu waktu di tempat lain yang cukup bergengsi di Tangerang (salam dari alis Atut). A real big convinient store with proper toilet, off course. Pendeknya, seorang ibu jetset sasak tinggi sedang memaksa store keeper dengan sangat terburu-buru untuk segera mengambil kantung plastik. Tiada lain tiada bukan… untuk mewadahi pipis sang anak balitanya. Dengan argumentasi meyakinkan, bahwa dia TIDAK PERNAH MENGAJARKAN ANAKNYA UNTUK KE TOILET… (I can’t afford to buy an English potty-training book. It costs me Rp 200.000. And my English is soooooo not good, anyway. I’ve decided to have my baby peeing where ever he wants… cars, seat on a plane, streets, shops, boutique, my friend’s living room… So sorry, I also can’t afford to have a proper diaper. It’s a budget thing, you know)


----- I let my head and heart ruined. It’s a budget thing, you know. Sorry!!??!!