16 Desember 2008

Banci Klakson

Setelah beberapa varians seperti banci taman lawang, banci lapangan banteng, banci jorok, banci matre, banci korup, banci parlemen, banci pilkada, banci mutilasi, banci tampil, banci kamera, dan banci foto, yang telah lama released, saatnya memperkenalkan varians banci yang paling baru…. BANCI KLAKSON!!


Anda bisa temui dan dapatkan di persimpangan lampu merah manapun di Jakarta, utamanya pada saat 5 detik sebelum lampu hijau menyala. Mereka ini adalah orang-orang yang gemar cari perhatian dengan cara bawel, rewel dan kurang penting. Kenapa begitu? Karena 5 detik sebelum lampu hijau menyala adalah sama dengan masih lampu merah. Tapi klakson bertubi-tubi sudah mulai dibunyikan, seolah-olah lampu sudah hijau dan orang di depannya menderita buta warna. Terburu-buru? Kebelet mungkin? Kelihatannya ada cara yang lebih elegan daripada jadi bawel.


Begitulah…. banci tetap banci. Gak bisa ditatar. Gak mau dibilang banci. Tapi tetap banci.


Perhatikan semua varians banci yang yang sudah released, dan dapatkan golongan yang sesuai dengan anda. Saya percaya hanya 1 dari 1000 yang tidak bisa memilih yang paling sesuai dengan dirinya. Itupun karena terlalu sombong, terlalu merasa benar, terlalu sering menuding orang atau terlalu hedon. Tapi tetap banci….


Selamat jadi banci…. Tapi jangan terlalu angkuh untuk mengakuinya.


15 Desember 2008

Mall Rat

In terms of liking to visit malls, mind travelling and the fact that it happened to me of working in malls, I spare my time to make some comparison among them. Malls I used to visit and also those I was working in. It came up to me a picture that they are such houses, homes or neighbourhood I have experienced.


For instance, Taman Anggrek is just too much. It is quite well-maintained and no freezed escalator, but let’s just be honest that it’s too big. In fact, you could get lost in it. Or as if you lose your car because you just practically forget the exact place where you park your car. You need to visit the place regularly to get it familiar. Oh, Gosh! Nice house, fancy one, clean, neat and tidy. But I don’t wanna get lost in my own home.


Mal Kelapa Gading. Aaaaaaarrrrggggghhhh! It’s like spending a very long distance to have fun, but it’s not worthy. And do not talk about working there. Either it’s the MKG 1, 2, 3 or 5, it’s gonna be the same to me. I HATE IT! Let’s go there, have some fun, but end it with a deep pray that hopefully we’re gonna be blessed with other better options all the time. In other words, no need to go there. Yes it’s big, but oddly integrated, and suck parking lot for motorbike.


Grand Indonesia is just greatly huge. But….. empty? And tiring for only to visit the gramedia sections. Another one will put me in lost… in mall. Let’s say it together with me…… LEBAY! Yai yai yai. But no heart feeling on this. I still endorse it anyway.. hihihi


Pacific Place is big enough, well unique. Remember Kidzania! But no McD, no KFC, no Hokben, no Pizza Hut. They obviously want to make it a glamorous one. But… the security guard at the loading dock, officers at the front gate of loading and the cleaning service is just not full of smily teeth, and even act like a criminal cat whose hobby is asking you for money, cigarettes, coffee or nasi kuning. I can’t believe that the management is employing premans. Not even forget mentioning the parking lot for bike that is seadanya, hardly rocky, smelly and JAUH! Anyway, it’s my new home, and I’m trying and focusing in having it just fine. God bless me..


And the winner is….. Plaza Senayan. It’s just great enough in any kind. The size, the occational decorations, the staff, the management, the parking lot, the canteen, the foodcourt. Everything that impress me is all here. Get noted that I keep my golden memories here also. I put the concept in my mind in having a residence just like this. Enough space for important things, clean, neat, tidy, not really crowdy, and brightly being open and warm. How adoreable. God… give me a chance for it… pleaaaase!


Plaza Senayan is the best, but Plaza Semanggi is the most friendly ever. You can have the cheap as well as the costly satisfying. Don’t forget the roof top. Dine in the sky. Easily accessed. But should be puter2 when you go there by motorbike. Oddly no KFC! But yeah… I forgive you, Pelangi. I love you too.


How about you?



ps : sorry for being unessential. It’s my last name, I guess…


12 Desember 2008

(Tinggi, Besar, Rendah, Kecil) Hati


Hati ini seperti bola kedut…

Badan meliuk menekuk seperti Mia Audina saat mengambil posisi overhead

Ke kanan ke kiri, membal, mental sana sini berpantulan, meloncat loncat…

Jarang ambruk… tapi kadang lelah

Bola kedut, bola tenis, atau serupa biji karambol… sengaja di-tektok-in


Hati ini layaknya exchange rate…

Bisa dipengaruhi oleh elemen kecil di seberang logika sana sebagai alasan

Dari macetnya kredit perumahan di negeri seberang, sampai ulah spekulan bengis

Fluktuatif, naik turun, terus menerus mencari keseimbangan barunya


Mungkin memang begitu.. tapi mudah-mudahan Dia selalu menjaga dengan baik


06 November 2008

Simply Rain

Let’s talk about rain. Yups… RAIN. Water drops coming down from the sky to your house, his yard, her lovely rose, their football yard, and to my head.


I wasn’t a kid who loved playing outdoor in the raining sky. Don’t know why. Just don’t like it. It didn’t cross my mind to love it, unlike you or other elses in their childhood. For me, it’s always be a comfort way to stay indoor during the rain.


Who am I, choosing when to rain and when to have a sunny day? Just as everyone, I have felt meeting certain situations where the rain came up as an obstacle, barrier in doing/finishing something. Then, just enjoy the wet look. Barely wet cloth, and watery hair. Perhaps sticky socks, slapped car, dirty pants, and messy paper. Arrrggggh! Hate it… so much..


It happened to me knowing a guy at office who loves the rain so much. He even prefers going home by foot whenever it rains, in order to get completely wet. What a weird friend of mine. But yeah, he does exists. And maybe same others in your life.


It just then put me into a deep thought.


I know that somehow it is said that rainy day is a perfect time to take a pray or make a wish. So, I tried it. I took a motorcycle going home from a least favorite job of my past occupation. Disliking the job, I took the chance to send my wishes to beautifully end the job and elegantly start a new better one. Well, maybe He heard me clearly. And the rest was just like unbelievable stories. Guess what… it happened twice.


Seems enough to make me even think deeper about the rain in my life.. Because I still don’t like the wet situations. It’s just bothering me and my things in head, while umbrella is only good in Rihanna’s performance.


I conclude that this rain of my life has been just like families, instead of friends. Ones that I never choose before to be with. Like it or not, I just have to live with it. Deal with it. I might have good times as well as bad times with it. And take them all as a great part of my life, anyway..


And here comes the rainy season in Jakarta. Good luck, buddy..


26 Oktober 2008

Siaran Malam & Aroma Dedaunan

Namanya juga yang Maha Bisa…


Sama sekali gak sulit bagi-Nya untuk memuat banyak perasaan pada satu detail kejadian. Sama juga mudahnya menyempilkan banyak cara bagaimana kita bisa mengingat sesuatu atau seseorang.


Begini, silakan coba mendengarkan radio di waktu malam dan biarkan menyala sampai kita terbangun. Kenapa radio? Supaya ada efek kejutan pada lagu-lagu yang diputar, tanpa kita sendiri yang tentukan song listnya. Kenapa malam? Karena malam adalah waktu yang dipilih stasiun radio untuk memutar tembang lawas (halah…!!). Entah tengah malam, entah pagi buta, atau entah pagi ketika matahari mulai menyala, kita akan berada pada keadaan setengah terbangun dan setengah sadar seolah persis ketika lagu yang terputar adalah lagu yang bisa memicu otak menampilkan ingatan apapun berkaitan dengan lagu itu. Lalu perhatikan bagaimana keadaan kita di pagi harinya ketika bangun. Tanpa terlalu ingat telah melalui apa semalam, kita akan merasa sedikit agak lelah karena baru saja terbang ke masa lalu. Buat saya, ini sesuatu yang selalu menakjubkan..


Entah bagaimana anda, tapi saya juga bisa terhenyak oleh bebauan yang legendaris. Wah, apa tuh? Selain lagu-lagu jadul di malam hari, ingatan saya pada sesuatu juga bisa bangkit oleh bebauan yang dulu, tanpa sengaja, terlekatkan pada kejadian tertentu atau orang tertentu. Hanya saja saya tidak (atau belum) bisa menjelaskan bebauan itu dengan kata-kata.

Bebauan apa sih? Misalnya saja… bau pengharum gagang telepon yang dipasang waktu saya mutusin pacar dulu. Atau, bau pengharum ruangan lantai 9 gedung Sarinah saat saya sering ke sana berkaitan dengan cita-cita jadi penyiar. Atau, bau parfum varians baru saat itu (saya menyebutnya dengan aroma dedaunan.. NGOK!!) yang sering dipakai oleh teman saya saat kami lagi akrab-akrabnya berteman. Setidaknya itu. Berkesan, gak bisa dijelaskan, tapi selalu terpantek di ingatan. Dan juga selalu membuat saya takjub setiap memikirkannya.


Saya gak tau kenapa unessential things kayak gini bisa datang pada saya untuk kemudian (kok sempat-sempatnya) sengaja dipikirkan bermenit-menit dari hari ke hari, bulan ke bulan, tahun ke tahun malah. Dasar melankolis sempurna…


Kalo udah gini, saya jadi ingat Dia. Toh, ini semua ‘Beliau punya cara’ untuk saya.. hihihi


13 Oktober 2008

Laskar Pelangi dan Cinta Sendiri

Mudah-mudahan ini bukan gejala penuaan..

Saya pikir semua orang akhirnya terlanjur menikmati bermain di pekarangan pikirannya sendiri. Bagaimanapun karakternya, setiap orang mengalami pertambahan usia. Lalu, semakin percaya dan yakin pula pada kebenaran logika dan perasaannya.


Saya sedang jatuh cinta pada Laskar Pelangi, film dan juga soundtracknya. Agak lain dari biasanya, saya tidak banyak menularkan kecintaan saya ini. Ya, satu dua orang sih saya coba pengaruhi. Berhasil atau tidak, saya juga tidak tau sejauh mana. Yang jelas, saya juga tau banyak yang tidak suka, kecewa, mencoba mengkritik sedetil mungkin, bahkan mungkin juga ada yang tidak peduli. Tapi saya tetap mencintainya. Rasanya, film ‘Laskar Pelangi’ bersama soundtracknya telah menjadi salah satu hal yang muncul pada hidup saya pada saat yang tepat, dengan dramatisasi yang pas pula. Pokoknya, saya cinta.. Mungkin anda tidak juga perlu tau apa dan bagaimana saya mencintainya.


Kalaupun ini gejala penuaan, mudah-mudahan saya bisa gunakan untuk mengasahnya menjadi parameter kedewasaan..


Sama seperti bencinya saya pada film-film horor atau setengah-porno murahan yang akhir-akhir ini diproduksi. Saya harus terima fakta bahwa di luar sana banyak sekali yang masih berkenan mampir di bioskop untuk menontonnya, termasuk sahabat saya tercinta. Ini sudah di luar kendali saya, saya tidak mau jadi seorang yang control freak. Seperti penggalan kalimat yang pertama saya dengar pada 11 tahun yang lalu.. ‘Biarkan orang dengan pikirannya’.. Egoisnya, cukup saya yang benar, kalau orang lain mau salah, itu pilihan mereka. Atau sebaliknya.


Akhirnya..


Saya cinta Nidji dengan ‘Laskar Pelangi’nya..

‘Menarilah dan terus tertawa, walau dunia tak seindah surga. Bersyukurlah pada Yang Kuasa. Cinta kita di dunia, selamanya..’


Aah, ademnya…


13 September 2008

Kurir Kotak Nasi

Hari Jumat kemarin sebenarnya sudah cukup aneh buat saya. Untuk pertama kalinya, saya punya hari terakhir di sebuah tempat bekerja dengan kepastian kapan saya bisa memulai bekerja di tempat berikutnya.


Aneh.. karena dalam skala yang lebih kecil (tapi dengan beberapa tambahan dramatisasi yang tepat), saya seperti diberi kesempatan mengetahui kapan saat-saat akhir itu tiba. Seolah tahu kapan akan mati, lalu kapan akan dibangkitkan dalam kehidupan selanjutnya. Ya ya ya, saya tahu saya memang agak berlebihan.


Maka hari Jumat kemarin adalah hari terakhir saya di tempat lama. Saya pikir sudah sepantasnya saya menutupnya dengan baik. Pulang agak lebih telat, buka puasa bersama teman sejawat yang segera ditinggalkan dan pamitan sana sini. Alhasil, saya harus datang menyusul di acara buka puasa bersama teman-teman SMU dulu.


Saya pikir saya sudah cukup makan di kantor lama sehingga di acara bareng teman SMU, saya hanya akan minum saja atau mungkin cemilan kecil. Tapi mari kita lihat cerita selanjutnya.

Tentu saja saya datang ketika semua sudah kumpul. Saya duduk di kursi tengah. Obrol-obrol sedikit, apa-kabar-kamu-apa-kabar-dia, tengok sektor kanan, ketawa ketiwi, lalu tengok sektor kiri. Tidak jelas apa yang sedang dibicarakan temen-teman di sektor kiri, saya hanya menduga sebuah situasi seseorang di antaranya hendak mengambil sesuatu dari dalam tasnya dan hendak diberikan kepada seseorang yang lain. Mulut ini memang terlampau banyak bicara. Alih-alih diam cuma memperhatikan, saya malah bertanya ‘ada apa sih?, mo ngasih apa nih?’


DAN….. tiba-tiba sepertinya semua kompak untuk menyimpulkan bahwa saya saja yang pantas diberikan ‘sesuatu’ itu. Saya diam. Ternyata yang keluar dari tas adalah sebuah kotak nasi khas kenang-kenangan dari acara hajatan. Semua ramai, bicara, bising, dan kotak nasi itu diletakkan persisi di depan saya. Tubuh saya memang kurus, tapi alhamdulillah saya rasa muka saya tidak pernah saya set untuk memberi kesan minta nasi. Gak mungkin saya makan di situ, karena saya sudah cukup makan malam itu, tapi bingung bagaimana menolaknya. Dan gak pernah berkurang sedikitpun kekompakan semua teman saya di situ untuk tetap menentukan bahwa sayalah yang harus bertanggung jawab atas si kotak nasi. Makan di situ, atau dibawa pulang juga boleh. Tapi harus oleh saya. Nah loh..


Saya sebenarnya malas. Malas membawa, malas memakannya di rumah, malas mengurusnya. Kemalasan itu saya bawa ke situasi bercanda tentang kotak nasi. Becanda marah, becanda ngakak, becanda kesal, becanda rewel. Pokoknya ketawa ketiwi tapi ngerasa aneh, janggal, ganggu…… tapi juga mikir. Kok saya?


Singkat cerita, waktunya pulang. Saya pulang berdua bersama teman yang satu arah. Kami-lah yang membawa kotak nasi itu. Tidak punya kesempatan memberikannya kepada petugas parkir karena ramainya orang di parkiran, akhirnya kotak itu kami berikan pada sekumpulan anak yang berkeliaran di sebuah lampu merah. Wah, mereka sangat berterima kasih pada kita berdua. Ada yang rebutan jeruknya, ada yang rebutan kerupuknya. Mereka senang sekali menerima sekotak makanan gratis, yang mungkin jarang mereka bisa nikmati. Sementara, kami berdua panen terima kasih atas sesuatu yang tidak pernah benar-benar kami miliki atau dapatkan. Rasa yang aneh. Jadi ratu sejagad semalam.


Menjadi kurir kotak nasi. Kotak nasi yang harus berpindah-pindah tangan untuk bisa sampai ke tangan yang membutuhkan. Pengalaman kecil yang memuat banyak nilai. Dari sejumput sombong karena sok gak mau terima nasi gratisan sampai sebuah kesadaran bahwa ucapan terima kasih yang kita terima darimana pun sesungguhnya tidak pernah utuh untuk kita. Sebab kita tidak pernah benar-benar memiliki sesuatu.


A huge message in a little-tiny-two-hour experience. Siapa lagi yang bisa mencipta macam gini, kalau bukan Yang Maha Menakjubkan..

07 September 2008

Ulang Tahun, Kado, Semoga


Beberapa jam lagi dari saat jari ini mengetik, ada angka 3 yang akan menghampiri, merengkuh, memeluk dan akan hidup bersama saya -- entah untuk berapa lama ke depan. Umur siapa yang tau!


Kalau ini tentang ulang tahun, saya sudah menerima kadonya.


Saya menerima sebuah cermin.

Cermin indah yang bersinar, kata beliau. Untuk yang ini, saya harus ingat bahwa kemungkinan besar memang saya mencari sinar.. tapi mudah-mudahan bukan kilatan blitz kamera. Sinar yang saya bayangkan adalah sinar sederhana yang diinginkan siapapun yang telah sekian lama terperangkap dalam gua bawah tanah yang gelap. Sinar bercahaya yang menghangatkan sekaligus teduh. Dan mudah-mudahan saya tidak terlampau utopis.


Saya menerima sebuah cermin.

Di situ ada bayangan tentang bagaimana orang-orang di sekitar saya menyorotkan matanya pada saya… dari ujung rambut sampai ujung kaki. Dari bentuk ikut bahagia, sampai sempat menyempilkan kekhawatiran. Alhamdulillah..


Saya menerima sebuah cermin.

Semoga saya diberi juga kemudahan dalam menjaga cermin ini. Supaya saya bisa selalu eling! Jauh dari besar kepala atau tinggi hati. Mohon ampun..


Semoga cermin ini selalu berbunga. Tanda keindahannya selalu menjelma..


Yang Maha Ajaib, lapangkan dan mudahkanlah segala jalanku..


It’s counting to 30.. Happy birthday, Dod!




31 Agustus 2008

Sweet Revenge

Aku benci dia..

Seharusnya sesederhana itu

Sepantasnya sesingkat itu


Baiklah, begini saja!

Untuk status supir ..

Aku ingin memeluk dia, lalu membuat cakaran dengan parutan besi tipis yang berkarat

Untuk status orangtua yang membiayai senang-senangnya..

Aku ingin membelai pipinya, supaya bisa menciptakan sayatan silet di kedua sisinya

Untuk status pemain cadangan sekaligus keset..

Aku ingin menjadi penata rambutnya, yang mampu mengeruk kulit kepalanya hingga telanjang


Untuk status ini dan itu..

Aku ingin ini dan itu, supaya bisa mengini dan mengitu dia


Aahh, banyaknya…

Uuuh, gak akan pernah terbayar juga..


Baju takut ini sekedar patut disyukuri. Supaya saya tidak repot, tapi semuanya bisa impasss!!

Amien…

D 89 DK

Ha ha ha ha… Bukan cuma pernah berhasil menembus batas menjadi seorang editor dan jurnalis, tapi saya sudah memperoleh sertifikat MK –-bukan mahkamah konsititusi –- untuk pernah mengenyam jadi seorang investigator yang merangkap pelaku terselubung. Dan kebetulan sudah ada di payung penerbit juga nih.


Walaupun semuanya gak nyambung. Walaupun tidak berniat menyamakan diri dengan MK ituw. Tapi saya sudah punya hasilnya..


Yang mana… D 89 DK ituw ternyata sering mampir..


Hehehehe lutuna !!!!!


17 Agustus 2008

Kebun Mimpi

Hari itu, Pondok Indah Mall berwujud lain..

Bolak-balik, saya seperti harus masuk dari pintu belakang. Melewati jalan dengan bata blok, seperti areal parkir. Berjalan kaki, tapi memutar seperti mobil hendak berbalik arah. Lalu sampailah di bagian dalam gedung mall. Itupun seperti lorong-lorong berliuk-liuk. Untung tidak gelap. Untung tidak sepi manusia lain. Untung bertemu sapaan. Jadi tidak terlalu menakutkan.



Hari itu, ada mobil-mobilan warna merah yang saya tuntun dengan tali..

Saya tidak sedang berumur 5 tahun. Saya berada di ujung dekade ke dua dalam hidup saya. Tapi tak banyak yang heran dengan saya dan mobil-mobilan itu. Bahkan mereka seperti ingin memainkannya atau memilikinya.

Hari itu, tidak terbayangkan bagaimana ujungnya..

Kebun mimpi saya bertambah isinya. Satu lagi bertambah oleh bunga tidur yang aneh..

17 Juli 2008

Stereo Nan Tipikal

Seolah setiap anak manusia mengawalinya dengan cara yang sama. Dajarkan kepadanya untuk tidak mendekat atau bermain api. Nakal atau tidak, menurut atau tidak, mengalaminya sendiri atau melihat orang lain. Pelajarannya adalah api itu panas, gunakan pada tempat dan waktunya.


Katakanlah sejak itu, setiap anak manusia mengakari otaknya untuk beranalogi, bermetafora, dan bahkan men-generalisasi. Mengumpulkan segenap pengetahuan, melakukan rangkaian penelitian dan pengamatan, merumuskan kesimpulan, menyusun ilmu pengetahuan. Majulah hidup mereka. Hebat!


Lalu banyak sekali (untuk tidak mengatakan semua) hal yang begitu masuk akal untuk dipadu padan atau salin tempel. Setiap hal dengan karakteristik umumnya akan identik dengan hal-hal tertentu yang dianggap paralel. Hingga takutlah kita pada oknum golongan kita yang memunculkan karakteristik ‘lain’. Binasa kau!


(Mungkin) setiap otak kita begitu terbiasa dengan pola analogi menuju kesimpulan yang sedemikian directive. Hasilnya judgmental, tsu udzon, stereotipikal. Selamat datang!


Lihat bagaimana otak saya begitu tercengang mendengar seorang penyiar perempuan, yang (saya pikir) begitu tipikal dengan sosok modern, gaul, metropolis dan sekuler karena karakter stasiun tempat beliau siaran, menceritakan aktivitas di hari itu yang lebih banyak di rumah menunggu adzan maghrib. Ya, beliau ini menjalani puasa Senin-Kamis. Saya terdiam. Saya terkejut. Tapi lebih terkejut lagi karena saya dan otak saya bisa terkejut mendengar ini. Bukankah semua orang berhak menjalankan puasa Senin-Kamis? Semua orang (muslim) tanpa kecuali, siapapun dia. Kenapa saya bisa heran?


Begitulah, otak saya sudah terbiasa menempelkan tindakan-tindakan ibadah pada orang-orang tertentu saja semisal berjilbab, bercelana ngatung, berjenggot, atau berparfum ‘Jumat’.


Itu baru satu hal, di satu hari. Bayangkan di waktu yang lain, menyangkut sejuta hal lain. Apa kabar rectoverso yang saya pikir telah saya tanam?


Pengalaman buruk atau musibah yang beruntun memiliki peluang besar untuk menjelma menjadi prasangka buruk pada (tidak tanggung-tanggung) Tuhan. Dia tidak sayang, Dia sengaja menyengsarakan, bahkan Dia tidak ada. Hati-hati dengan kemungkinan menemui ujung macam ini..


Terima kasih untuk Nona Ghana yang sempat menyempilkan :

I kept saying “why did u do this to me God?”. And He said “why not?”


14 Juli 2008

Satu Bangku

Siapa para significant others dalam hidup anda?

Yang juga terekam dalam ingatan saya adalah mereka yang saya sebut teman sebangku. Mari saya kenalkan mereka satu persatu…


Di kelas 1 SD dulu, teman sebangku saya bernama Yepi. Hampir tidak ada yang tersisa dari interaksi kita dulu. Yang saya ingat… pada usia kelas 1 SD dulu, dia sudah bisa bercerita sebuah pengalaman tentang k***l v***** teman seusianya. Fiuh..

Di kelas 2, saya sebangku dengan Robby. Klimis dan rapi. Kerabat salah satu guru di sekolah. Jago menulis indah di buku garis tiga. Saya tidak pernah melihatnya lagi di tahun-tahun berikutnya..

Di kelas 3, ada Dimas. Teman satu bangku, satu mobil jemputan, penulis yang lamban, pemilik adik kembar, keluarga Jawa, gigi saya harus dicabut karena menabrak keningnya di tikungan. Ck ck ck…

Lalu ada Yadi dan Yudha di kelas 4. Yang satu agresif mencocok-cocok penggarisnya di buku tulis mulus saya atau menjambak-jambak rambut saya, yang lain pernah dihukum guru karena rela saya larang mencontek PR dari saya..

Percaya atau tidak? Saya punya Fikar di kelas 5 dan 6. Dua tahun yang cukup mulus, sekaligus aneh karena praktis kami tidak lagi berhubungan, kecuali dengan friendster jalur basa basi.


Kelas 1 SMP adalah waktunya Anwar, si pembuat cerita mengesankan tapi kosong, dan Hadi, pemimpin grup pengolok saya yang berubah jadi teman yang sepertinya mengerti saya sepanjang waktu sesudah itu hingga sekarang.

Di kelas 2, ada Boby, tetangga nomor 2 yang so so, dan Hendri, teman haha hihi yang bermetamorfosis jadi teman penyimpan segala rahasia hingga sekarang. Tuhan punya kuasa..

Di kelas 3, saya berkesempatan lebih akrab dengan Sandi, tetangga nomor 62, yang tidak pernah terlalu bisa saya akrabi karena keakrabannya dengan tetangga nomor 61 yang sudah terlanjur. Huh..


SMU tiba. Di kelas 1, Tuhan menempatkan saya bersebelahan dengan Cipto. Tiada lain tiada bukan, si kreatif punya. Suka mengarang, menulis, menggambar, melukis, meramal, dan jajan bakwan gorengan. Sahabat sejati punya..

Kelas 2, saya sebangku dengan Heru, pria Jawa baik hati yang senyum selalu. Tapi hanya untuk beberapa minggu saja, untuk kemudian pindah ke sebelah Yani, gadis oriental nan pintar dan rajin. Tanya saja ada berapa murid les privatnya..

Nah, ini dia. Di kelas 3, saya menghabiskan waktu bersama Tjun Tjun. Tapi 4 bulan terakhir di tahun ini, kami bertukar teman sebangku. Tjun Tjun digantikan oleh Yuni, anak gaul yang cukup tipikal saat itu. Jangan tanya apa kisah dan kasih di belakangnya.. Mantan pacar! Puas??


Sekarang, saya tidak lagi bersekolah. Saya sudah jadi Bapak Pendidikan Nasional (meneruskan Ki Hajar Dewantara), yang memutuskan resign dari persilatan kuliah (sedikit lebih di depan ketimbang Ananda Mikola, mungkin). Teman sebangku saya setelah masa sekolah tempo hari adalah mas-mas ngantor, ibu-ibu ke pasar, dan mbak-mbak SPG yang duduk di sebelah saya di mikrolet. Dari mereka, saya curi dengar tentang konflik kantor mereka, beban rumah tangga mereka, dan kadang senandung mereka mengikuti musik di earphone mereka.


Kuasa Tuhan, Sang Maha Perencana travelling bagi hambanya..


08 Juli 2008

Uwang & Masyalah

Berapakah nilai 100 ribu rupiah?


Setara 20 bungkus kripik singkong pedas kah? Senilai 1 kali pembayaran BLT kah? Atau 2 cangkir kopi di Coffee Bean? Atau 2 porsi makan di Spice Graden? Atau total ongkos bensin motor anda dalam 1 bulan? Atau satu kali masuk Dufan? Atau untuk bergabung di Gerakan Orang Tua Asuh dalam membantu biaya sekolah anak usia SD selama setahun? Ataukah itu gaji anda per jamnya? Begitulah.. normalnya pasti akan ada banyak variasi jawaban.


Adakah di antara kita yang tidak punya masalah dalam hal uang?


Mengajak anak liburan? Kirim surat lamaran kerja? Menyekolahkan anak? Hobi fotografi? Beli 2 keping jajanan gorengan? Aqua segelas? Olahraga di fitness center? Gemar sudoku? Pulang kampung bertemu keluarga? Kompas Sabtu Minggu untuk lihat lowongan kerja? Rinso untuk cuci baju koko? Beras merah untuk kesehatan? Konser musik? Beli majalah bekas?


Kalaupun anda tidak punya masalah dengan uang, kemungkinan karena uang anda sudah berlipat-lipat banyaknya melebihi kebutuhan anda. Bisa 1 triliyun, 10 milyar, atau 1oo juta, tapi jangan salahkan kebahagiaan yang hadir bersama bersihnya 1 juta perbulan.


Kalau kita pernah bahagia dengan 900 ribu rupiah perbulan, lalu diberi kesempatan menghasilkan 20 juta per bulan tapi stress depresi tidak bahagia. Kepada siapakah harusnya bertanya? Salah siapa mengubah mimpi lalu tidak terwujud? Siapa suruh ganti keinginan kalau tidak mampu menerima kenyataan yang sebaliknya?


Sekali waktu, Tuhan memilih mengirim orang macam Tung Desem Waringin untuk menjatuhkan pecahan uang ke pekarangan hidup kita..


04 Juli 2008

Jakarta Raya

Setidaknya… jalan raya Jakarta sudah resmi menjadi salah satu anjungan. Berisi aspal, tiang listrik, kaki lima, jembatan layang, terowongan bawah tanah, rel kereta, payung halte, dan kereta dorong bayi.


Tentang siapa yang menumpang angkot, siapa yang menunggang sepeda motor, siapa yang menahkodai mobil pribadi, dan termasuk siapa yang dengan gagah memutuskan untuk mengendarai sepeda roda dua non motorik tanpa bahan bakar minyak.


Tentang luas Jakarta yang luas sekaligus sempit, tentang jalan protokol utama dan ratusan jalan tikus alternatif yang meliuk-liuk, tentang kemacetan sebagai hambatan, dan tentang kesal serta kangen yang muncul karenanya.


Tentang lubang-lubang besar kecil tak terhitung yang memuncaki penyelewengan, tentang asap mengepul yang mengabut, tentang panas terik yang berdebu, tentang hujan deras yang meruntuhkan mahluk Tuhan berbadan coklat dan bertangan hijau, tentang celaka tabrak, senggol serempet dan hancur terlindas.


Tentang semut yang mengerubungi gula tak peduli sikut menyikut. Tentang berangkat ke satu arah beramai-ramai pada pagi hari, untuk secara seragam pulang ke arah sebaliknya.


Kapokkah kita melewatinya? Jadi takutkah kita menjalaninya? Mungkin… tapi ini sebuah anjungan dengan satu bentuk. Pindah anjungan hanya ganti bentuk, karakter tetap sama.


Selamat datang di Taman Mini Hidup Indah. Selamat Ulang Tahun
Jakarta !

05 Mei 2008

Cocok Tanam

Mereka merasa yakin bahwa masa tanam sudah selesai. Segala tentang tanam berhubungan dengan sudah. Sudah menanam sejak dulu. Sudah bercocok tanam sejak kecil. Sudah melaksanakan program tanam sejuta pohon. Padi sudah ditanam. Begitu kata mereka..


Dan sekarang adalah waktunya menuai hasil. Ini saatnya memetik buah. Mari memanen. Ayo nikmati bunga deposito. Dividen harus segera ditransfer. Laba sudah sewajarnya dilahap. Begitu hitung mereka..


Tapi mereka lupa. Cuaca tidak terus bersahabat. Kadang terlalu terik. Atau hujan bahkan tumpah ruah. Hama terlalu merajalela. Hendak melawan siapa? Kuasa Tuhan? Atau terlalu malu bercermin?


Sungguh, hak sudah menguasai kavling di otak. Kewajiban hanya sedikit lagi (diupayakan) terenyahkan. Urat malu sudah putus. Tidak lagi jelas mana benar mana salah. Gamang..


Buruk muka cermin dibelah! Mengerikan..


24 April 2008

Kenal Api

Boleh saja percaya bahwa tiap musibah mengandung hikmah. Silakan meyakini di belakang kesulitan pasti ada kemudahan. Mari kita dalami bahwa habis gelap terbitlah terang. Lihatlah kenyataan bahwa pelangi hadir setelah hujan turun. Yuk kita simpulkan bahwa pengalaman adalah guru terbaik.


Tapi sisakanlah tempat untuk bersahabat pada alam raya, menyapa tiap babak hidup, dan panjatkan doa. Berharap sekuat tenaga.. agar tidak perlu sampai ada kebakaran besar untuk sekedar tahu bahwa api itu panas..


Sebab kita tidak pernah benar-benar tahu…


27 Maret 2008

Lubuk Ikan

Ikan yang paling lezat berasal dari kolam mungil. Bukan samudra luas.


Ikan yang paling lezat datang dari empang sepetak. Dagingnya lembut karena disapa tiap hari. Tulangnya menumpul karena kehangatan penambak. Rasa gurihnya keluar tanpa banyak bumbu.


Ikan beraroma paling semerbak tidak datang dari lautan seberang. Napasnya sekuat dan setenang napas yogi.


Percaya saja kata mereka..

‘lain padang lain belalang, lain lubuk lain ikannya’


Karena Sang Maha Kreator punya miliaran petak untuk miliaran mahluk di bumi ini. Tanda kekhawatiran berlebih tidak diperlukan.


21 Maret 2008

Konfirmasi

Jangan salahkan saya kalau yang ada di balik baju ini tidak bisa mereka lihat

Jangan salahkan saya kalau mereka hanya memilih yang gampang-gampang dan bukan yang bagus-bagus


Hihihi… mari kita setuju bahwa yang aneh itu adalah mereka


Bukan salah saya kalau susah payah itu tidak bermuara pada pengharapan

Bukan salah saya kalau senyum tiga jari ini mau tetap terpampang


Bukan salah saya kalau suara merdu saya tidak berhasil anda dengar

Listriknya mati…. PLN bangkrut!!


Ini bukan salah saya

It is not my fault


I mean it… really mean it




18 Maret 2008

Bianglala

Ingat si roda berputar bak bianglala di Dufan? Yup, ini dia yang sering kita sebut hidup!! Tapi hidup pasti cukup subjektif. Kita punya jalur masing-masing walau kerap bersinggungan.


Roda ini berputar dalam arti sebenarnya. Setelah berputar mengembara 359 derajat dan merengkuh semua keranjang rasa di tiap derajatnya, ia menempatkan saya pada titik serupa yang pernah saya tempati. Bukan titik yang sama. Tapi menjinjing keranjang emosi yang mirip.


Saya harus menutup mata pada pandangan rumput tetangga. Tapi saya perlu membukanya untuk menatap posisi yang ada di hadapan saya. Saya harus menutup telinga tentang bisikan misterius yang mengecilkan hati, seraya perlu memasang kuping akan petuah berpikir positif, sederhana, tapi menyejukkan.


19 Maret 2008.. jadilah awal yang baik yang membuka banyak keberuntungan hingga mengantar ke akhir yang membahagiakan lahir batin… apapun bentuknya.


Syukurilah, sahabat…


11 Maret 2008

Numero Uno

Odometer sesungguhnya hanya serangkaian angka. Sejatinya ia bekerja sesuai putaran yang bergulir, jarak yang ditempuh..


Odometer punya satu angka terakhir, penanda setiap ratus meter..


Mata sesungguhnya diperintah isi kepala. Mengarahkan satu pandangan dari kemungkinan yang ada..


Mata juga punya otoritasnya sendiri. Paling tidak, berkongsi pada perasaan atau pada kebetulan..


Saya punya buktinya..


Saya melihat surat nikahnya, bahwa mata saya berjodoh dengan odometer berangka terakhir ‘1’…


Ya…. Angka ‘1’